Hari ini, sebenarnya sama saja
dengan hari sebelumnya. Aku membiarkan
irama musik rock ini memekakan telinga sekedar untuk menghindari ajakan
berbicara dari teman sekitar. Pikiran ku sedikit kacau, aku kembali dalam masa
dimana berpikir adalah menu utama harian ku. Ya, aku memang seorang pemikir.
Apakah dengan musik yang begitu keras aku mampu berpikir dengan baik? Ya tentu
saja, aku mampu. Selain itu, saat ini sepertinya aku tidak memprioritaskan
kepentingan kesehatan fisik melainkan kestabilan dan ketenangan jiwa dan
rupanya suara keras musik ini mampu membantu keingin itu untuk dicapai.
Seketika lirik “I Just wanna live, while I’m alive” bergema di kepala. Ya. Ini
yang kupikirkan, nampaknya Spirit Guide ku paham apa yang aku pikirkan saat
ini. Sehingga menuntunku untuk memilih lagu ini. Aku hanya ingin hidup, disaat aku hidup.
Apakah selama ini aku mati? Oh, bukan itu maksudnya. Aku hanya lupa bagaimana
caranya hidup. Lupa hidup? Bagaimana bisa? Kamu masih bernafas Inez, bagaimana
mungkin?
Lalu lintas pemikiranku pun
terhenti pada konsep manusia yang terdiri dari komponen fisik, jiwa, dan roh
(spirit). Akhir-akhir ini, kata spirit begitu menggema dan menarik perhatian
untuk dipikirkan. Kemungkinan ini memiliki kaitan yang erat mengapa aku bisa
lupa hidup. Spirit memiliki arti nafas, tanpa nafas raga manusia tidak memiliki
artinya. Semesta sudah menciptakan manusia dengan sistem pengaturan untuk
bernafas secara sadar dan tidak sadar. Bersyukurlah, medula oblongata yang
terletak di batang otak ini masih membantu ku bernapas tanpa aku memintanya.
Namun, apa artinya semua ini? Ya, tentu saja ada. Aku terlalu menyibukkan diri
dengan kegiatan harian yang entah apakah itu masuk kedalam tujuan aku hidup
atau tidak, namun melupakan aktivitas bernafas. Ya, coba pikirkan kembali
berapa kali dalam sehari aku mengatur irama pernapasanku secara sadar. Bukankan
aku sepenuhnya mempercayai tubuhku sendiri yang mengaturnya bagiku? Lalu, apa
tanggung jawabku terhadap pemilik tubuh ini? Sedangkan aku sendiri lupa
bernapas untuk kehidupanku? Inilah jawabannya, kenapa aku bisa lupa hidup. Ternyata
aku sendiri jarang memiliki inisiatif untuk bernafas untuk kehidupanku sendiri.
Tidak mengherankan pikiran kacau
dapat muncul dari mana saja, karena aku sendiri tidak mampu mengendalikan lalu
lintas informasi yang mengalir yang sesungguhnya mampu dikendalikan hanya dengan
mengatur pernafasanku sendiri.
Baiklah, sahabat semesta. Sesibuk apapun kita jangan pernah lupakan kewajiban kita untuk bernafas ya. Khususnya ditengah penatnya pemikiranmu saat itu.
Tariklah udara luar, rasakan masuknya udara itu ke tubuhmu, memenuhi seluruh ruang otakmu, dan keluarkan kepenatan itu secara perlahan. Lakukan sesering mungkin, Kamu pasti akan mampu mengendalikan alur pemikiran dengan baik, berelaksasi, dan lebih menikmati hidup disaat kamu hidup.
Dan Aku, akan melakukannya Setiap hari karena Aku pribadi yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap tubuhku.
Aku yang sedang menikmati Danau di Pura Ulun Danu sambil Bernafas :) |
Menyadari diri bahwa kita hidup, lalu mulai bernafas. Menyadari bernafas, ini adalah latihan awal dari mindfulness. Menarik!
BalasHapusBetul, kadang ketika kepenatan hidup melanda, kita lupa bahwa kita hidup, bahwa kita bernafas. Kadang, bahkan karena bernafas dan hidup inilah rasa penat, sakit dan lelah melanda. Lalu, apa artinya hidup ? pertanyaan seperti ini akan memancing banyak diskusi dan refleksi.
Semoga kita selalu tercerahkan.
Terima Kasih sudah mampir Maria ❤️. Itulah kenapa Meditasi penting dan kamu pasti banyak tertolong oleh aktivitas ini.
BalasHapusMulai berfilosofi dengan pertanyaan terakhir ��.