Hallo sahabat
semesta, saya mencoba menantang diri untuk lebih rajin dalam menulis blog ini.
Jadi, publishnya nggak hanya sebulan sekali kalau bisa ya seminggu sekali 😄😄.
Selain untuk menyalurkan kegiatan menulis juga untuk berbagi hal-hal yang
pernah saya baca, saya pelajari, saya lakukan dan tentunya menghasilkan hal-hal
positif bagi perkembangan pribadi dan kejiwaan.
Baiklah, dalam
kesempatan ini saya ingin berbagi mengenai cara-cara untuk tidak memperdulikan
pemikiran orang lain tentang kita. Mengapa hal ini sangat penting karena saya
rasa hal ini mampu menghambat perkembangan pribadi dalam mencapai impian yang
diinginkan. Bayangkan saja, bila dalam sehari penuh kegiatanmu dihabiskan
dengan memikirkan pembicaraan orang lain tentang dirimu yang belum tentu benar
adanya, berapa banyak pekerjaan yang terbengkalai dengan hal yang sia-sia ini?
Ya...inti dari
tulisan ini, akan saya awali dengan membagi hasil pembicaraan serius saya dengan
kakak. Beliau menanyakan keputusan besar yang saya lakukan serta efek
negatifnya yang menitikberatkan kepada pandangan orang lain terkait keputusan
yang saya ambil. Hal ini memicu saya untuk memposting gambar di salah satu sosial
media yang saya miliki sebagai balasan pertanyaan serta kekhawatiran dari kakak
saya. Inilah caption dari gambar yang pernah saya posting:
Apa tujuan hidupku?
Aku hanya ingin mencapai posisi yang
dinamakan “Bahagia”.
Ya Baik,
Kalau begitu apa arti bahagia? Apakah
orang lain menjadi salah satu faktor penentu kebahagiaanmu?
Ya, aku bahagia saat terbebas dari
pembicaraan orang lain.
Okay, selanjutnya
Apakah kamu mau menjual kebahagiaanmu
demi terbebas dari pembicaraan orang lain?
Ya, aku masih terpaku pada sudut pandang
orang lain tentang kebahagiaanku.
Padahal aku tidak merebut hak mereka
untuk mendapatkan kebahagiaanku, lalu kenapa aku harus menjual itu hanya untuk
membuat mereka bahagia?
Hidup gitu amat ya? Mau bahagia ajah
susah, karena patokannya orang lain senang atau nggak
Berdasarkan
pengalaman pribadi, saya sering terlalu larut dalam pembicaraan dan pemikiran
orang lain. Hal ini cenderung berakhir terhadap terbentuknya perilaku negatif
terhadap kehidupan yang sudah dijalani dan berimbas kepada hubungan saya
dengan orang lain. Sungguh sangat tidak sehat, namun dalam beberapa bulan ini
saya pribadi mencoba menata mindset agar dapat menghilangkan perasaan itu
sehingga tidak merusak hubungan saya dengan diri sendiri dan juga dengan
orang lain. Berikut adalah hal-hal tersebut:
Jangan terlalu sensitif terhadap
perkataan orang lain
Bahasa
kerennya “Don’t take it more personally”.
Sadar nggak sih sebenarnya kita terlalu memusingkan pemikiran, pernyataan,
ataupun pendapat orang lain yang mungkin saja sebenarnya ditujukan untuk orang
lain bukan langsung ke kita pribadi. Nah lo, boros perasaan kan akhirnya. Untuk
lebih mampu mengilhami dari “berusaha acuh terhadap perkataan orang lain”
marilah kita bersama-sama melakukan refleksi terkait statement milik Santa Theresa dari Kalkuta yang menyatakan:
Individu yang memahami dirinya sendiri, tidak akan tersinggung dengan
pernyataan orang lain yang bukan menggambarkan pribadi serta karakter yang
dimilikinya. Nah, daripada memikirkan perkataan orang lain sebaiknya kita
belajar untuk lebih memahami diri kita secara pribadi. Bila sahabat tahu siapa
sahabat sebenarnya, maka tidak perlu khawatir terhadap orang lain yang
mempertanyakan nilai, kualitas, karakter serta moral yang dimiliki sahabat.
Cintai dirimu sendiri
Selain belajar memahami diri
sendiri, marilah kita mencintai diri sendiri. Memahami sebagai upaya mencintai.
Pernah suatu saat saya mengajar mengenai konsep diri kepada para mahasiswa
saya. Saya melemparkan dua pertanyaan yang cukup sederhana dan mudah untuk
dijawab. Pertanyaan pertama adalah: Hal apa yang kamu senangi dari dirimu dalam
bentuk apapun baik fisik dan perilaku. Silahkan tuliskan hal-hal tersebut.
Pertanyaan selanjutnya adalah Hal sebaliknya, apa yang tidak kamu senangi dari
dirimu. Mirisnya jawaban dari mahasiswa ini, sebagian besar menunjukkan bahwa
mereka lebih banyak menuliskan hal yang tidak disenangi dari dirinya dibandingkan hal yang disenangi.Uniknya lagi, hal yang tidak disenangi lebih kepada sesuatu yang
bersifat fisik (Misal: aku gendut, aku kurus, kulitku gelap, pipiku terlalu chubby, aku pendek). Hasil
ini menunjukkan masih begitu banyak pribadi yang memandang negatif dirinya dan bisa saja fokus pengembangan diri bukanlah kepada karakter atau perilaku baik melainkan bagaimana menjadi sempurna secara fisik. Akhirnya, nilai positif yang sudah demikian baik tertutup oleh nilai negatif. Kalau seperti ini, dimanakah rasa bersyukur bisa muncul?
Stop Being Paranoid
Janganlah terlalu takut terhadap anggapan
bahwa orang membicarakan sahabat. Nah, ini yang penting banget. Mikirnya dah aneh
dulu, padahal orang lain biasa saja sebenarnya. Tidak membicarakan bahkan tidak
memikirkan, tapi karena mindset atau
pola pikir sahabat udah negatif tentang orang lain ya... akhirnya belum apa-apa
sahabat sudah mengganggap siapapun sebagai ancaman karena orang lain pasti
membicarakan anda. Hi.... Masih banyak pribadi diluar sana yang melakukan
kegiatan sehari-harinya secara positif dan belum tentu sahabat adalah pihak
yang dibicarakan saat itu.
Tidak perlu menjelaskan siapa anda
kepada orang lain
Menurut saya ini hal yang
terpenting. Saat menyadari ada pembicaraan negatif tentang sahabat dari
siapapun, sebaiknya jangan berusaha menjelaskan secara panjang lebar siapa diri
anda sebenarnya. Ya, bila hal yang dibicarakan benar akui itu. Sadari bahwa
anda manusia biasa yang tidak sempurna, bisa melakukan kesalahan. Akuilah, refleksikanlah, dan buatlah
aksi lain yang menunjukkan kualitas dirimu yang lebih baik. Bila yang
dibicarakan itu salah, ya tenang saja. Semua akan terbuka pada waktunya.
Karena, sebaik-baiknya sahabat, akan tetap salah dimata orang yang memang tidak
menyukainya. Menjelaskan kebaikan sahabat, hanya membuang waktu dan meningkatkan
emosi negatif dari sahabat. Jadi, santai saja dan tetap sebarkan semangat
positif agar hal-hal positif lainnya akan tertarik ke arah anda.
Sering saya
temui ada begitu banyak pihak yang melakukan curhat colongan di sosial media
yang tujuannya memberikan efek “merasa” bagi orang yang diyakini
membicarakannya. Biasanya pembicaraan tersebut bersifat hal yang tidak baik
berdasarkan norma umum yang diyakini kebenarannya oleh kaum yang membicarakan.
Percayalah, hal itu justru menunjukkan pribadi kita belum begitu matang secara
emosional dan menelanjangi kepribadian sahabat yang sesungguhnya.
Itulah 4 hal pokok yang sudah saya lakukan untuk bersikap tidak peduli terhadap pembicaraan negatif dan hal penting lainnya, sahabat tidak perlu merasa
berhutang terhadap kebahagiaan orang lain, karena itu tanggung jawab
masing-masing pribadi. Hiduplah di jalan yang sahabat inginkan, bukan mengikuti
panduan orang lain agar terbebas dari pemikiran serta pembicaraan dari pihak
tersebut. Kebahagiaan yang datang bersumber dari diri sendiri sesungguhnya
memiliki frekuensi yang tinggi untuk menarik hal positif. Buat apa kita terlalu
memusingkan pendapat orang lain sedangkan masih ada orang terdekat yang sangat
mencintai kita dan menerima kita apa adanya. Prioritaskan cinta yang datang
dari orang-orang positif ini untuk membuatmu lebih bahagia diatas pembicaraan
orang lain.
Keep Positive and Be Kind |
Tulisan yang menarik, Kak. Kesimpulan yang bisa saya ambil adalah "Kenali diri sendiri dengan baik!". Tindakan mengenal diri sendiri akan membantu kita menjadi lebih bijak menyikapi komentar dari orang lain.
BalasHapusSemangat menulis, Kak !