Selasa, 17 September 2019

Cara positif untuk tidak perduli terhadap pandangan orang lain




Hallo sahabat semesta, saya mencoba menantang diri untuk lebih rajin dalam menulis blog ini. Jadi, publishnya nggak hanya sebulan sekali kalau bisa ya seminggu sekali 😄😄. Selain untuk menyalurkan kegiatan menulis juga untuk berbagi hal-hal yang pernah saya baca, saya pelajari, saya lakukan dan tentunya menghasilkan hal-hal positif bagi perkembangan pribadi dan kejiwaan.
Baiklah, dalam kesempatan ini saya ingin berbagi mengenai cara-cara untuk tidak memperdulikan pemikiran orang lain tentang kita. Mengapa hal ini sangat penting karena saya rasa hal ini mampu menghambat perkembangan pribadi dalam mencapai impian yang diinginkan. Bayangkan saja, bila dalam sehari penuh kegiatanmu dihabiskan dengan memikirkan pembicaraan orang lain tentang dirimu yang belum tentu benar adanya, berapa banyak pekerjaan yang terbengkalai dengan hal yang sia-sia ini? 
 Ya...inti dari tulisan ini, akan saya awali dengan membagi hasil pembicaraan serius saya dengan kakak. Beliau menanyakan keputusan besar yang saya lakukan serta efek negatifnya yang menitikberatkan kepada pandangan orang lain terkait keputusan yang saya ambil. Hal ini memicu saya untuk memposting gambar di salah satu sosial media yang saya miliki sebagai balasan pertanyaan serta kekhawatiran dari kakak saya. Inilah caption dari gambar yang pernah saya posting:

Apa tujuan hidupku?
Aku hanya ingin mencapai posisi yang dinamakan “Bahagia”.
Ya Baik,
Kalau begitu apa arti bahagia? Apakah orang lain menjadi salah satu faktor penentu kebahagiaanmu?
Ya, aku bahagia saat terbebas dari pembicaraan orang lain.
Okay, selanjutnya
Apakah kamu mau menjual kebahagiaanmu demi terbebas dari pembicaraan orang lain?
Ya, aku masih terpaku pada sudut pandang orang lain tentang kebahagiaanku.
Padahal aku tidak merebut hak mereka untuk mendapatkan kebahagiaanku, lalu kenapa aku harus menjual itu hanya untuk membuat mereka bahagia?
Hidup gitu amat ya? Mau bahagia ajah susah, karena patokannya orang lain senang atau nggak

 Berdasarkan pengalaman pribadi, saya sering terlalu larut dalam pembicaraan dan pemikiran orang lain.  Hal ini cenderung berakhir terhadap terbentuknya perilaku negatif terhadap kehidupan yang sudah dijalani dan berimbas kepada hubungan saya dengan orang lain. Sungguh sangat tidak sehat, namun dalam beberapa bulan ini saya pribadi mencoba menata mindset agar dapat menghilangkan perasaan itu sehingga tidak merusak hubungan saya dengan diri sendiri dan juga dengan orang lain. Berikut adalah hal-hal tersebut:

Jangan terlalu sensitif terhadap perkataan orang lain
Bahasa kerennya “Don’t take it more personally”. Sadar nggak sih sebenarnya kita terlalu memusingkan pemikiran, pernyataan, ataupun pendapat orang lain yang mungkin saja sebenarnya ditujukan untuk orang lain bukan langsung ke kita pribadi. Nah lo, boros perasaan kan akhirnya. Untuk lebih mampu mengilhami dari “berusaha acuh terhadap perkataan orang lain” marilah kita bersama-sama melakukan refleksi terkait statement milik  Santa Theresa dari Kalkuta yang menyatakan: Individu yang memahami dirinya sendiri, tidak akan tersinggung dengan pernyataan orang lain yang bukan menggambarkan pribadi serta karakter yang dimilikinya. Nah, daripada memikirkan perkataan orang lain sebaiknya kita belajar untuk lebih memahami diri kita secara pribadi. Bila sahabat tahu siapa sahabat sebenarnya, maka tidak perlu khawatir terhadap orang lain yang mempertanyakan nilai, kualitas, karakter serta moral yang dimiliki sahabat.

Cintai dirimu sendiri
            Selain belajar memahami diri sendiri, marilah kita mencintai diri sendiri. Memahami sebagai upaya mencintai. Pernah suatu saat saya mengajar mengenai konsep diri kepada para mahasiswa saya. Saya melemparkan dua pertanyaan yang cukup sederhana dan mudah untuk dijawab. Pertanyaan pertama adalah: Hal apa yang kamu senangi dari dirimu dalam bentuk apapun baik fisik dan perilaku. Silahkan tuliskan hal-hal tersebut. Pertanyaan selanjutnya adalah Hal sebaliknya, apa yang tidak kamu senangi dari dirimu. Mirisnya jawaban dari mahasiswa ini, sebagian besar menunjukkan bahwa mereka lebih banyak menuliskan hal yang tidak disenangi dari dirinya  dibandingkan hal yang disenangi.Uniknya lagi,  hal yang tidak disenangi lebih kepada sesuatu yang bersifat fisik (Misal: aku gendut, aku kurus, kulitku gelap, pipiku terlalu chubby, aku pendek). Hasil ini menunjukkan masih begitu banyak pribadi yang memandang negatif dirinya dan bisa saja fokus pengembangan diri bukanlah kepada karakter atau perilaku baik melainkan bagaimana menjadi sempurna secara fisik. Akhirnya, nilai positif yang sudah demikian baik tertutup oleh nilai negatif. Kalau seperti ini, dimanakah rasa bersyukur bisa muncul?

Stop Being Paranoid
           Janganlah terlalu takut terhadap anggapan bahwa orang membicarakan sahabat. Nah, ini yang penting banget. Mikirnya dah aneh dulu, padahal orang lain biasa saja sebenarnya. Tidak membicarakan bahkan tidak memikirkan, tapi karena mindset atau pola pikir sahabat udah negatif tentang orang lain ya... akhirnya belum apa-apa sahabat sudah mengganggap siapapun sebagai ancaman karena orang lain pasti membicarakan anda. Hi.... Masih banyak pribadi diluar sana yang melakukan kegiatan sehari-harinya secara positif dan belum tentu sahabat adalah pihak yang dibicarakan saat itu. 

Tidak perlu menjelaskan siapa anda kepada orang lain
         Menurut saya ini hal yang terpenting. Saat menyadari ada pembicaraan negatif tentang sahabat dari siapapun, sebaiknya jangan berusaha menjelaskan secara panjang lebar siapa diri anda sebenarnya. Ya, bila hal yang dibicarakan benar akui itu. Sadari bahwa anda manusia biasa yang tidak sempurna, bisa melakukan kesalahan. Akuilah, refleksikanlah, dan buatlah aksi lain yang menunjukkan kualitas dirimu yang lebih baik. Bila yang dibicarakan itu salah, ya tenang saja. Semua akan terbuka pada waktunya. Karena, sebaik-baiknya sahabat, akan tetap salah dimata orang yang memang tidak menyukainya. Menjelaskan kebaikan sahabat, hanya membuang waktu dan meningkatkan emosi negatif dari sahabat. Jadi, santai saja dan tetap sebarkan semangat positif agar hal-hal positif lainnya akan tertarik ke arah anda.
Sering saya temui ada begitu banyak pihak yang melakukan curhat colongan di sosial media yang tujuannya memberikan efek “merasa” bagi orang yang diyakini membicarakannya. Biasanya pembicaraan tersebut bersifat hal yang tidak baik berdasarkan norma umum yang diyakini kebenarannya oleh kaum yang membicarakan. Percayalah, hal itu justru menunjukkan pribadi kita belum begitu matang secara emosional dan menelanjangi kepribadian sahabat yang sesungguhnya.  
         
Itulah 4 hal pokok yang sudah saya lakukan untuk bersikap tidak peduli terhadap pembicaraan negatif dan hal penting lainnya, sahabat tidak perlu merasa berhutang terhadap kebahagiaan orang lain, karena itu tanggung jawab masing-masing pribadi. Hiduplah di jalan yang sahabat inginkan, bukan mengikuti panduan orang lain agar terbebas dari pemikiran serta pembicaraan dari pihak tersebut. Kebahagiaan yang datang bersumber dari diri sendiri sesungguhnya memiliki frekuensi yang tinggi untuk menarik hal positif.  Buat apa kita terlalu memusingkan pendapat orang lain sedangkan masih ada orang terdekat yang sangat mencintai kita dan menerima kita apa adanya. Prioritaskan cinta yang datang dari orang-orang positif ini untuk membuatmu lebih bahagia diatas pembicaraan orang lain. 

Keep Positive and Be Kind




 

1 komentar:

  1. Tulisan yang menarik, Kak. Kesimpulan yang bisa saya ambil adalah "Kenali diri sendiri dengan baik!". Tindakan mengenal diri sendiri akan membantu kita menjadi lebih bijak menyikapi komentar dari orang lain.

    Semangat menulis, Kak !

    BalasHapus

36 Pertanyaan yang Membuat Manusia Jatuh Cinta dengan Mudahnya

Tulisan ini hadir setelah menyaksikan Ted Talk dengan pembicaranya adalah seorang wanita yang menjadikan dirinya subjek percobaan untuk ...